Banyak sekali deskripsi mengenai bug, namun sederhananya bug adalah sebuah kesalahan atau cacat yang ada pada sistem yang kemudian perlu untuk dieksekusi dengan tepat. Sebelumnya startup Jogja, Qatros Teknologi Nusantara pernah membahas sejarah penggunaan istilah bug di ranah teknologi.
Kali ini, Qatros Teknologi Nusantara akan membahas klasifikasi bug yang penting untuk diketahui terutama oleh Quality Assurance tester, developer, serta product manager. Klasifikasi ini akan memudahkan kita untuk mengetahui, melaporkan, menganalisa, dan upaya-upaya mengelola bug dalam bentuk lainnya. Klasifikasi yang dimaksud terbagi menjadi dua yakni: bug severity dan bug priority. Mari kita bahas satu persatu, kisanak.
Klasifikasi Bug Severity
Apa sih bug severity? Singkatnya, bug severity merupakan klasifikasi untuk menentukan sebesar apa dampak bug terhadap sistem. Semakin parah tingkat severity, maka semakin parah efek yang ditimbulkan sebuah bug pada jalannya software. Beberapa bug yang tergolong tinggi di klasifikasi severity dapat menyebabkan terjadinya crash pada software, bahkan ada yang sampai membuat software tidak dapat dijalankan.
Suggest
Suggest merupakan jenis bug yang tidak mempengaruhi jalannya sistem. Suggest merupakan klasifikasi terendah dari severity. Suggest berisi tentang opini Quality Assurance tester terkait user interface dan user experience setelah menggunakan/melakukan test software. Jadi tingkat ini bukanlah bug yang parah, gaes.
Bug Minor
Bug minor merupakan tingkatan ke dua dari bawah di klasifikasi severity. Bug minor dapat dikategorikan sebagai bug yang perlu dibenahi. Kehadiran bug minor sebenarnya tidak terlalu berdampak pada sistem. Penilaian apakah sebuah bug pantas masuk kategori minor sebenarnya cenderung subjektif. Semua tergantung pada faktor pelaku. Tiap Quality Assurance tester sangat mungkin untuk mempunyai patokan penilaian yang berbeda.
Bug Medium
Seperti halnya bug minor, penilaian sebuah bug masuk kategori medium ini tergolong subjektif. Yang menjadi pembeda bug medium dengan bug minor tentu dampaknya terhadap sistem yang memang satu tingkat lebih tinggi. Bug ini masuk dalam kategori yang perlu dibenahi karena efeknya cukup mengganggu pada alur kerja sistem.
Bug Major
Bug major boleh dibilang bug yang banyak menyita perhatian Quality Assurance tester. Hal tersebut disebabkan oleh dampak dari bug ini yang sangat berpengaruh terhadap proses jalannya software. Di beberapa kasus, bug major dapat mengganggu jalannya proses testing. Jika gangguan makin parah misalnya sampai terjadi crash, maka bug tersebut perlu untuk dilaporkan kepada leader, atau supervisor yang memimpin jalannya project tersebut. Setelah mendapatkan berdiskusi, maka kisanak bisa melakukan task selanjutnya.
Bug Crash
Sebuah bug masuk kategori crash jika bug tersebut menyebabkan software yang dijalankan berhenti secara tiba-tiba. Bug crash kerap mengeluarkan user dari software yang tengah berjalan. Selain itu, freeze pada software juga merupakan salah satu bentuk crash, karena software tidak bisa merespon kontrol apapun. Jika menemukan bug seperti ini, kisanak perlu menyebutkan pada laporan langkah apa yang kisanak lakukan untuk memulihkan device.
Contoh: laporkan jika kisanak melakukan force shutdown ketika aplikasi 'notepad' yang dijalankan terjadi crash.
Bug Undoable
Bug Undoable merupakan bug yang berada di puncak klasifikasi severity. Jenis bug ini menghalangi Quality Assurance tester untuk melakukan proses testing. Jika proses testing tidak dapat dilakukan, maka sementara proyek pengujian akan terhenti. Akan tetapi, masih ada kemungkinan fitur-fitur lain yang ada di dalam software dapat diuji. Jadi upayakan untuk selalu berkomunikasi dengan tim mengenai hal ini.
Klasifikasi Bug Priority
Setelah bug severity, ada bug priority. Klasifikasi priority akan menentukan sesegera apa sebuah bug harus diselesaikan. Semakin tinggi tingkat prioritas sebuah bug, maka harus semakin segera bug tersebut harus diperbaiki.
Bug Low
Bug low merupakan jenis bug yang masuk ke dalam skala prioritas paling bawah. Bug low tidak akan mengganggu fitur secara general dan tidak menyebabkan crash. Di proyek-proyek agile development, developer yang mendapatkan laporan bug low, kerap memberikan respon konfirmasi status "to be fixed in update".
Bug Mid
Bug mid berada setingkat di atas bug low jika dilihat dari skala prioritas. Bug mid merupakan bug yang harus dipertimbangkan untuk diperbaiki. Biasanya bug mid mengganggu fungsi-fungsi tertentu pada software yang mengakibatkan software tidak dapat berjalan secara semestinya.
Bug High
Bug high merupakan bug-bug yang masuk dalam tingkatan tinggi untuk diprioritaskan. Yang perlu jadi catatan adalah bug high bukanlah bug yang dapat membuat softwar crash. Akan tetapi bug high mempunyai prioritas yang tinggi untuk segera diperbaiki oleh dev.
As Soon As Possible
As soon as possible merupakan puncak dari skala prioritas yang harus segera diperbaiki. Bug seperti ini biasanya dapat membuat sistem kacau. Yang membuatnya menyandang gelar pemuncak di klasifikasi bug priorit tidak lain karena dampak 'bug as soon as possible' mengakibatkan terjadinya crash bahkan sampai berakibat tidak bisa dilakukannya testing (undoable).
Berkenaan dengan bug reporting, startup Jogja, Qatros Teknologi Nusantara, kini sedang berupaya untuk menghadirkan sebuah platform bernama getdebug. getdebug merupakan platform scenario dan bug collaboration tool untuk mempermudah kerja tim (QA, PM, Dev).